
Lucinta Luna di bulan ramadhan Lucinta Luna kembali menjadi sorotan publik. Sosok selebriti yang selama ini dikenal sebagai transgender wanita tersebut membuat heboh jagat maya setelah fotonya tersebar saat mengikuti salat tarawih di sebuah masjid di Jakarta. Bukan sekadar ikut beribadah, yang membuat kehadirannya viral adalah penempatan dirinya di barisan laki-laki.
Peristiwa ini mengundang beragam reaksi dari masyarakat, dari yang mendukung hingga mengkritik. Banyak pihak mempertanyakan alasan Lucinta memilih barisan laki-laki dalam salat berjamaah di bulan suci Ramadan ini. Di sisi lain, ada pula yang melihat tindakan tersebut sebagai bentuk kejujuran spiritual dan proses penerimaan diri yang menarik untuk dikaji dari sisi sosial, agama, dan hukum.
Kronologi Kejadian: Terekam Kamera dan Langsung Viral
Kejadian bermula ketika seorang jamaah memotret suasana salat tarawih di masjid besar kawasan Jakarta Selatan. Dalam foto tersebut terlihat sosok yang sangat mirip dengan Lucinta Luna, lengkap mengenakan baju koko dan peci, berdiri di antara barisan laki-laki. Tak butuh waktu lama, foto itu menyebar di media sosial, terutama di Twitter dan TikTok, memancing ribuan komentar dan reaksi netizen.
Netizen awalnya terbelah, sebagian menganggap foto tersebut hanya mirip, namun banyak juga yang meyakini bahwa itu benar-benar Lucinta Luna. Dugaan ini di perkuat setelah beberapa selebgram dan akun gosip mengunggah tangkapan layar pesan yang menyebut Lucinta memang datang ke masjid tersebut dan memilih ikut barisan pria.
Klarifikasi Lucinta Luna: “Ini Urusan Aku Sama Tuhan”
Tak tinggal diam, Lucinta Luna akhirnya angkat suara melalui unggahan di Instagram Story-nya. Dalam klarifikasi tersebut, ia tidak membantah kehadirannya di masjid dan dengan tegas menyatakan bahwa yang ia lakukan adalah bagian dari proses spiritualnya.
“Aku datang ke masjid bukan untuk pamer. Aku lagi mencoba kembali dekat dengan Tuhan. Saya tahu siapa aku. Dan aku juga sadar kalau ini bukan soal citra, tapi soal niat,” tulis Lucinta.
Lucinta juga menyebut bahwa keputusannya memilih barisan laki-laki dalam salat bukan karena di paksa atau di tegur, tetapi karena dirinya ingin bersikap jujur kepada diri sendiri dan Allah.
“Biar kalian bilang apapun, aku tetap berusaha jadi manusia yang lebih baik. Di hadapan manusia, aku bisa salah. Tapi di hadapan Tuhan, aku cuma ingin di terima,” lanjutnya.
Tanggapan Tokoh Agama: Perdebatan Tentang Identitas Gender dan Hukum Fikih
Polemik ini pun di tanggapi oleh sejumlah tokoh agama dan pakar fikih. Ustaz Ahmad Zaki, pengajar di sebuah pesantren modern di Depok, menyatakan bahwa dalam Islam, hukum berjamaah berdasarkan jenis kelamin mengikuti hukum asal penciptaan.
“Jika seseorang secara biologis dan hukum negara masih tercatat sebagai laki-laki, maka secara syariat dia wajib mengikuti barisan laki-laki dalam shalat berjamaah. Tidak ada istilah barisan transgender dalam syariat Islam,” ujar Zaki.
Namun, Zaki juga menekankan pentingnya pendekatan yang santun dan penuh hikmah terhadap mereka yang sedang mencari jalan spiritual.
“Kita tidak bisa serta merta menghakimi. Kalau yang bersangkutan menunjukkan niat baik, seharusnya di bimbing, bukan dihujat. Hidayah itu hak Allah,” tambahnya.
Sementara itu, KH. Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah menilai bahwa apa yang di lakukan Lucinta bisa menjadi momentum dakwah.
“Kalau benar itu Lucinta dan dia masuk masjid dengan niat baik, ya kita rangkul. Jangan malah di kucilkan. Proses seseorang bertobat dan kembali ke jalan Allah itu butuh keberanian, dan itu patut di hargai,” ujar Gus Miftah.
Respons Netizen: Antara Apresiasi dan Hujatan
Di media sosial, warganet memberikan reaksi yang sangat beragam. Beberapa memberikan dukungan penuh, menganggap langkah Lucinta sebagai keberanian spiritual yang patut di apresiasi.
“Jarang banget orang seberani itu. Masuk masjid, beribadah, dan tidak membohongi dirinya sendiri. Aku malah salut sama dia,” tulis akun @raihanasy.
Namun, tak sedikit pula yang menilai bahwa tindakan Lucinta sebagai bentuk kontroversi yang sengaja dibuat demi sorotan.
“Pansos di bulan Ramadan. Kalau niatnya benar, kenapa harus diunggah ke media sosial?” tulis akun @fauzian76.
Lucinta sendiri tidak terlihat terganggu dengan komentar negatif tersebut. Dalam beberapa unggahan terbarunya, ia tetap tampil percaya diri dan menyatakan bahwa dirinya tidak mencari validasi dari manusia, melainkan dari Tuhan.
Diskursus Hukum dan Legalitas Identitas Transgender
Dari sisi hukum, isu ini menyentuh ranah yang cukup kompleks. Dalam sistem administrasi negara Indonesia, perubahan identitas gender hanya bisa di lakukan melalui prosedur hukum yang panjang dan melibatkan keputusan pengadilan. Dalam kasus Lucinta Luna, meski ia di kenal sebagai transgender, status resminya di KTP masih menjadi pertanyaan.
Menurut praktisi hukum, Dr. Dedi Sutisna, jika seseorang masih tercatat secara hukum sebagai laki-laki, maka semua hak dan kewajiban sosial, termasuk dalam praktik keagamaan, harus mengacu pada identitas hukum tersebut.
“Hukum agama dan hukum negara di Indonesia belum mengatur secara eksplisit perlakuan bagi transgender dalam ibadah. Ini adalah wilayah abu-abu yang perlu kebijaksanaan,” ungkap Dedi.
Hal ini menimbulkan diskusi baru, apakah lembaga agama dan negara perlu mulai membuka ruang dialog yang lebih inklusif terhadap kelompok transgender yang ingin tetap menjalankan agama mereka.
Perjalanan Spiritual Lucinta: Antara Kontroversi dan Transformasi
Bukan pertama kali Lucinta Luna mencuri perhatian publik dengan langkah yang berkaitan dengan keimanan. Sebelumnya, ia juga pernah mengunggah momen saat ikut pengajian dan belajar membaca Al-Qur’an dengan guru privat. Langkah ini di anggap sebagian pengikutnya sebagai upaya untuk memperbaiki diri.
Meski masih di bayangi masa lalu penuh kontroversi, Lucinta tampak konsisten mencoba memperlihatkan sisi spiritualnya. Ia tak lagi tampil vulgar seperti dulu, dan beberapa kali terlihat mengenakan busana sopan saat menghadiri acara-acara keagamaan.
“Aku tahu aku bukan sempurna. Tapi aku nggak akan berhenti berusaha jadi orang baik,” katanya dalam podcast bersama Denny Sumargo tahun lalu.
Perjalanan spiritual seseorang memang kerap penuh liku. Dalam konteks Lucinta, proses itu terjadi di depan publik, yang sayangnya kerap lebih cepat menghakimi daripada memahami.
Pengaruh terhadap Persepsi Publik dan Komunitas Transgender
Apa yang di lakukan Lucinta Luna secara tidak langsung membuka ruang diskusi tentang bagaimana masyarakat memperlakukan komunitas transgender yang ingin tetap beragama. Banyak dari mereka yang merasa terpinggirkan karena di anggap tak sesuai dengan norma keagamaan.
Namun aksi Lucinta justru bisa menjadi pemantik perubahan cara pandang. Beberapa komunitas LGBTQ+ yang juga memeluk agama Islam menyatakan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk mengekspresikan keimanan setelah melihat keberanian Lucinta.
“Lucinta membuka jalan. Meski kontroversial, dia memberi suara kepada yang selama ini tak terdengar,” ujar Aida, salah satu aktivis hak transgender.
Meski demikian, tantangan besar masih menanti. Perlu pendekatan lintas sektor, dari pemerintah, tokoh agama, hingga masyarakat sipil, untuk menciptakan ruang spiritual yang inklusif namun tetap berpegang pada prinsip keimanan.
Kesimpulan: Saat Kejujuran Beribadah Menjadi Kontroversi
Kisah Lucinta Luna dalam salat tarawih sebagai laki-laki mencerminkan betapa rumitnya realitas sosial, hukum, dan spiritual yang dihadapi oleh individu transgender di Indonesia. Di satu sisi, ia menunjukkan keberanian dan kejujuran dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan. Di sisi lain, masyarakat masih belum sepenuhnya siap menerima kenyataan tersebut tanpa prasangka.
Lucinta telah memilih jalannya. Jalan yang mungkin tidak populer, bahkan penuh cercaan. Namun bagi sebagian orang, langkah ini adalah bentuk revolusi kecil dalam mencari kedamaian diri di tengah badai penolakan. Di bulan Ramadan yang penuh ampunan ini, mungkin sudah saatnya publik lebih membuka ruang empati, bukan sekadar opini.
Apakah Lucinta benar-benar telah berubah? Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu. Tapi satu hal yang pasti, ia telah memulai langkah yang bisa menjadi babak baru — bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk ribuan orang lain yang selama ini memilih diam.
“Aku nggak cari panggung. Aku cuma cari Tuhan. Dan ini caraku.” — Lucinta Luna, 2025