Warga Geram Willie Masak Besar Malah Jadi Boomerang

Warga Geram Willie Masak, Nama Willie Salim kembali menjadi perbincangan panas di media sosial. Konten kreator yang di kenal dengan aksi filantropi dan konten “masak besar” itu kini menuai kritik keras dari warga Palembang setelah unggahan terbarunya menuai kontroversi. Dalam video viral tersebut, Willie memperlihatkan proses memasak rendang dari 200 kilogram daging sapi. Sayangnya, bukan pujian yang di dapat, melainkan kemarahan dan ancaman boikot dari sebagian masyarakat Palembang.

Kronologi Konten Masak Besar di Palembang

Willie Salim tiba di Palembang dengan tim produksi pada 24 Maret 2025. Ia mengumumkan lewat Instagram bahwa dirinya akan memasak rendang dalam jumlah besar untuk di bagikan kepada masyarakat sebagai bentuk aksi sosial menyambut Ramadan. Proses masak yang di lakukan di sebuah lahan terbuka di pinggiran kota Palembang pun di rekam secara lengkap dan di unggah ke kanal YouTube serta TikTok miliknya.

Namun, beberapa jam setelah konten itu tayang, warganet mulai menyoroti bagian dalam video di mana Willie menyebut bahwa 200 kilogram daging yang sedang di masak telah “di serbu warga sebelum matang”. Ia menyampaikan bahwa rendang tersebut hilang dan tidak bisa d ibagikan secara layak seperti yang di rencanakan Warga Geram Willie Masak.

“Kami belum sempat membagikan karena dagingnya habis sebelum selesai di masak. Saya juga tidak menyangka antusiasme warga akan sebesar itu,” kata Willie dalam klarifikasinya.

Warga Palembang Merasa Tersinggung

Pernyataan itu ternyata menyinggung banyak warga Palembang. Di berbagai forum daring dan komentar media sosial, banyak yang menyatakan kekecewaannya. Beberapa warganet merasa bahwa Willie tidak menunjukkan rasa hormat terhadap budaya dan masyarakat setempat.

“Seolah-olah warga Palembang nggak sabaran, sampai rendang mentah pun di ambil. Ini penghinaan,” tulis akun @melati_pbg.

“Kalau benar di serbu warga, mana buktinya? Jangan cuma main framing untuk konten,” ujar akun lainnya.

Garuda 888

Lebih lanjut, muncul tagar #BoikotWillieSalim yang sempat menjadi trending topic di Twitter lokal wilayah Sumatera Selatan.

Klarifikasi dan Bantahan Willie Salim

Tak tinggal diam, Willie Salim mengunggah video klarifikasi sehari setelah video tersebut viral. Dalam video berdurasi 7 menit itu, ia mengaku tidak bermaksud menyudutkan siapa pun. Ia juga menunjukkan rekaman CCTV dari lokasi masak yang memperlihatkan sekelompok warga masuk ke area dapur darurat dan mengambil daging yang sedang di masak.

“Saya tidak ingin menuduh siapa pun. Tapi video ini adalah bukti bahwa kejadian itu nyata. Kami juga salah karena tidak mengamankan lokasi dengan cukup baik,” ungkap Willie.

Meski begitu, klarifikasi ini tak sepenuhnya di terima dengan baik. Beberapa netizen menyebut video tersebut terkesan di buat-buat dan hanya untuk meredam amarah publik Warga Geram Willie Masak.

Masak Besar di Semarang: Upaya Citra Positif?

Setelah badai kontroversi di Palembang, Willie Salim justru kembali tampil dengan konten serupa di Semarang. Kali ini ia memasak soto ayam sebanyak 500 porsi untuk dibagikan kepada warga di sebuah area pasar tradisional. Momen ini pun kembali di rekam dan di unggah ke media sosial.

Berbeda dengan di Palembang, aksi Willie di Semarang justru mendapat sambutan hangat. Warga terlihat tertib mengantre, dan suasana penuh keakraban tampak dalam dokumentasi videonya.

“Terima kasih sudah mau datang dan berbagi. Semarang menyambut dengan hangat,” ujar salah satu warga dalam video tersebut.

Namun, tak sedikit pula yang menganggap aksi ini sebagai bentuk “damage control” atau upaya membersihkan citra setelah kontroversi sebelumnya.

Pakar: Konten Sosial Harus Peka Budaya

Menurut pengamat media digital, Dr. Vivi Herlambang dari Universitas Indonesia, peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua konten kreator.

“Kegiatan sosial dalam bentuk konten harus di lakukan dengan sensitivitas tinggi terhadap budaya dan nilai-nilai lokal. Jika tidak, niat baik bisa di salahartikan,” jelas Dr. Vivi.

Ia juga menyarankan agar tim kreatif selalu melibatkan tokoh masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan eksekusi kegiatan sosial.

Efek Domino terhadap Brand dan Endorsement

Kontroversi ini bukan hanya berdampak pada citra pribadi Willie Salim, tetapi juga terhadap brand-brand yang biasa bekerja sama dengannya. Beberapa netizen mulai menandai akun brand dalam komentar, meminta agar kontrak dengan Willie di tinjau ulang.

“Brand besar harus lebih selektif memilih influencer. Jangan karena follower banyak, etika di lupakan,” tulis akun @rizky_.

Belum ada pernyataan resmi dari pihak sponsor atau brand yang menaungi Willie. Namun, pakar marketing digital menyebut bahwa efek jangka panjang bisa terjadi jika masalah ini tidak di tangani secara serius.

Netizen Terbelah: Apresiasi vs Kritikan

Meskipun banyak yang mengkritik, tak sedikit pula netizen yang masih mendukung Willie. Mereka menilai bahwa insiden di Palembang adalah hal yang tak sepenuhnya bisa ia kendalikan.

“Namanya juga niat baik. Kadang eksekusinya kurang maksimal. Tapi jangan lupa niat awalnya tetap bagus,” ujar akun @salmah_94.

Sementara itu, akun fanbase Willie membuat kampanye digital bertajuk #KamiBersamaWillie yang mengajak netizen untuk tetap memberikan semangat dan melihat sisi positif dari konten sosial tersebut.

Kontroversi Lain yang Pernah Melibatkan Willie

Sebelum insiden di Palembang, Willie Salim juga sempat di kritik karena mengunggah konten pembagian makanan yang di nilai “terlalu eksploitatif”. Dalam video tersebut, ia terlihat memberikan bantuan kepada lansia sambil terus merekam ekspresi mereka dari jarak dekat.

Hal itu menuai kritik dari psikolog sosial dan aktivis kemanusiaan yang menilai bahwa bentuk bantuan seharusnya tidak di jadikan konsumsi komersial atau hiburan.

Namun, Willie juga mendapat banyak pujian karena konsistensinya dalam menyalurkan bantuan, mulai dari bencana alam hingga program sahur on the road selama Ramadan.

Rencana Evaluasi Tim Produksi

Dalam wawancara eksklusif bersama salah satu media hiburan, Willie mengaku bahwa timnya tengah melakukan evaluasi besar-besaran untuk mencegah insiden serupa.

“Kami belajar banyak. Sekarang, setiap kegiatan sosial akan kami siapkan lebih matang, termasuk aspek keamanan dan koordinasi dengan warga sekitar,” kata Willie.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya tak akan berhenti membuat konten sosial, karena sudah menjadi bagian dari misi pribadinya untuk menginspirasi lebih banyak orang.

Kesimpulan: Di Antara Kontroversi dan Ketulusan

Kisah Willie Salim di Palembang dan Semarang memperlihatkan dua sisi dari dunia konten sosial: potensi besar untuk membawa dampak positif, sekaligus risiko kesalahpahaman yang bisa berdampak buruk. Dalam era digital saat ini, di mana setiap langkah di rekam dan di tafsirkan, kehati-hatian menjadi kunci.

Willie Salim mungkin masih menjadi tokoh yang di perdebatkan, tapi satu hal yang pasti: aksinya akan terus di amati. Entah sebagai pahlawan modern atau konten kreator kontroversial, semua tergantung pada langkah dan sikap selanjutnya.

Publik kini menunggu, bukan hanya konten masak besar berikutnya, tapi juga bagaimana Willie Salim belajar dari kesalahan dan memperbaiki pendekatan sosialnya di masa depan.

Klarifikasi dan Bantahan Willie SalimPakar: Konten Sosial Harus Peka BudayaWarga Geram Willie SalimWillie Salim
Comments ( 1 )
Add Comment